Jumat, 11 Januari 2013
Rabu, 02 Januari 2013
FRIEDRICH WILHELM FROEBELPengembangan Bahasa untuk Anak Usia Dini Martha Christianti Pendahuluan Trend di Sekolah Dasar adalah mengadakan tes atau seleksi untuk calon murid. “Anak harus sudah bisa baca dan tulis di Taman Kanak-kanak”. Ini merupakan pernyataan yang kemudian menjadi tekanan bagi orang tua dan guru TK. Orang tua berusaha mencari sekolah TK yang dapat menghasilkan anak dengan target lulusan bisa membaca dan menulis. Pihak sekolah berusaha melatih anak dengan berbagai cara untuk bisa membaca dan menulis agar sesuai dengan harapan orang tua. Bagi beberapa sekolah yang tetap bertahan untuk mengutamakan kegiatan bermain dalam pembelajaran di TK menjadi sekolah yang terbelakang alias tidak laku. Orang tua menuntut anak untuk bisa membaca dan menulis karena takut anak tidak diterima di Sekolah Dasar yang menggunakan seleksi bagi calon murid dengan bentuk seleksi baca-tulis-hitung (calistung). Apa yang salah dalam hal ini? Mengapa kemudian terjadi kecemasan pada orang tua, pihak sekolah TK dan SD untuk mengembangkan kemampuan calistung? Jika memang kebutuhan jaman menuntut anak untuk lebih cepat membaca dan menulis pada usia TK, apakah harus dengan cara yang mengenyampingkan prinsip pembelajaran anak yang sesungguhnya? Dapatkah pembelajaran untuk anak usia dini dikemas lebih selaras dengan perkembangan anak yaitu bermain sambil belajar? Metode apa yang dapat digunakan oleh guru untuk membuat kegiatan pembelajaran membaca dan menulis lebih menarik? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dalam penjabaran makalah berikut ini. Bahasa Anak Usia Dini Rata-rata pendidik mengatakan bahwa pengembangan bahasa untuk anak adalah terkait dengan kemampuan membaca dan menulis. Pola pikir para orang tua juga demikian, perkembangan bahasa adalah perkembangan anak dalam kemampuan baca dan tulis. Oleh karena itu, orang tua menyerahkan anaknya untuk dapat baca dan tulis di Taman kanak-kanak dan pada akhirnya guru yang bertugas untuk mengajarkan hingga berhasil. Namun ternyata tidak demikian, kemampuan membaca dan menulis anak terbentuk dari kemampuan mendengar dan berbicara. Jalongo mengatakan bahwa kemampuan membaca permulaan merupakan bentuk demonstrasi kemampuan anak untuk memahami pesan oral dalam bentuk mendengar dan bentuk respon yang berkelanjutan (2007: 158). Penjelasan tersebut 2 menunjukkan pengertian bahwa kemampuan sebelum baca-tulis permulaan dipengaruhi oleh kemampuan mendengar dan berbicara. Pentingnya kemampuan mendengar oleh Jalongo juga dijelaskan bahwa mendengar adalah dasar untuk berbicara, membaca dan menulis pada anak. Pernyataan ini dengan catatan terjadi pada anak tanpa gangguan pendengaran (2007: 81). Dengan demikian, untuk dapat membaca dan menulis, seorang anak harus memiliki pengalaman mendengar dan berbicara cukup banyak. Hal ini berarti bahwa untuk membentuk kemampuan tersebut, guru tidak dapat berusaha sendiri. Guru membutuhkan peran dari orang tua untuk banyak mendengarkan cerita-cerita pada anak dan mengajak anak untuk berkomunikasi sebagai bentuk pengembangan kemampuan berbicara. Sebuah penelitian mengatakan bahwa kemampuan baca-tulis permulaan anak dibentuk sejak usia dini. Papalia (2008: 248) mengatakan bahwa mayoritas bayi sangat menyukai dibacakan cerita. Nada pembacaan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dan cara membacakan ketika bercerita dapat mempengaruhi seberapa baik anak berbicara dan pada akhirnya seberapa baik anak membaca. Pendapat ini kemudian didukung oleh Jalongo yang mengatakan bahwa semakin dini anak dikenalkan dengan teks yang ada dalam buku maka anak semakin siap untuk membaca dan sadar terhadap cetakan (tulisan) (2007: 156). Anak yang belajar membaca dini biasanya adalah anak-anak yang orang tuanya sangat sering membacakan cerita untuk anak dan melakukan kegiatan membaca tersebut ketika usia anak masih sangat muda (Papalia, 2008: 248). Dengan demikian, potensi untuk bisa membaca pada anak terbentuk dari pengalaman mendengarkan cerita sejak usia sedini mungkin. Hal ini berarti perlu peran dari orang tua atau orang terdekat dengan anak sejak dini untuk membacakan cerita. Kemampuan membaca dan menulis pada anak sangat dipengaruhi oleh kemampuan anak untuk sadar akan phonemik. Kesadaran phonemik yaitu kemampuan untuk membedakan bunyi dalam bahasa. Kemampuan ini terbentuk pada kemampuan mendengarkan. Potensi anak untuk dapat membaca dan menulis juga dapat dideteksi sejak dini melalui tahapan kesadaran phonemik tersebut. Kesadaran phonemik terbentuk sejak bayi baru lahir dengan ciri-ciri yaitu terkejut mendengar suara keras atau suara yang tiba-tiba muncul, menyukai suara-suara yang lembut dan memberi rasa aman, dan tertarik dengan suara yang dimainkan berkali-kali dan berubah-ubah. Kesadaran phonemik pada bayi dan balita dengan ciri-ciri yaitu mulai bereksperimen dengan suara, merespon lagu-lagu yang sering didengar, ikut bergerak sesuai lagu, menunjukkan ketertarikan pada buku mencakup 3 gambar dan benda-benda yang dikenal, berusaha menamai benda atau menirukan suara binatang ketika melihat gambar. Kesadaran phonemik pada anak awal prasekolah memiliki ciri-ciri yaitu menyukai lagu-lagu, cerita, puisi dan mengenali namanya, mengenali irama puisi/syair yang sama (suaranya sama). Kesadaran phonemik di Taman Kanak-kanak ditunjukkan dengan ciri yaitu peduli suara/hubungan simbol-simbol, dan dapat mencampur fonem dan membagi suku kata. Terkait dengan kesadaran phonemik tersebut maka pendidik harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan anak untuk mengembangkan kesadaran phonemik. Perkembangan Bahasa Sesuai Kurikulum PP.58 Perkembangan bahasa untuk anak taman kanak-kanak berdasarkan acuan standar pendidikan anak usia dini no. 58 tahun 2009, mengembangkan tiga aspek yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Lingkup perkembangan menerima bahasa yaitu kemampuan berbahasa secara reseptif, terdiri dari pengembangan menyimak perkataan orang lain, mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat, mengerti beberapa perintah, mengulang kalimat yang lebih kompleks, dan memahami aturan dalam suatu permainan. Bentuk indikator untuk lingkup perkembangan ini bisa dalam bentuk tindakan, hasil karya, tulisan, dan lain sebagainya, sebagai ciri anak memahami dan mampu menerima bahasa. Lingkup perkembangan kedua yaitu kemampuan mengungkapkan bahasa. Kemampuan ini termasuk dalam kemampuan bahasa ekspresif. Kemampuan ini bisa muncul dalam bentuk kemampuan berbicara, dan menulis. Pencapaian perkembangan kemampuan ini yaitu menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-perdiket-keterangan), memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain, melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Pencampaian perkembangan ini dapat muncul dalam berbagai indikator. Lingkup pengembangan ketiga yaitu keaksaraan, kemampuan baca-tulis permulaan. Kemampuan ini termasuk kemampuan menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya, menyebutkan 4 kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama sendiri, dan menuliskan nama sendiri. Stimulasi Perkembangan Bahasa Anak Perkembangan bahasa untuk anak usia dini meliputi empat pengembangan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pengembangan tersebut harus dilakukan seimbang agar memperoleh pengembangan membaca dan menulis yang optimal. Berikut ini contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Pengembangan kemampuan mendengarkan dapat dilakukan dengan kegiatan mendengarkan bercerita, mendengarkan suara-suara binatang, menebak suara, menyimak cerita, pesan berantai, menirukan suara, menirukan kalimat, menjawab pertanyaan, mendengarkan radio, mendengarkan kaset cerita untuk anak, lagu-lagu anak, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan kegiatan ekploratorif sambil mendiskusikan hasilnya, menceritakan pengalamannya, menceritakan hasil karya, bertanya, menceritakan kembali cerita, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan membaca dapat dilakukan dengan memberi kebebasan anak untuk membaca gambar, eksplorasi dengan buku, menggambar dan menulis bebas, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan menulis dapat dilakukan dengan memberi kesempatan pada anak untuk mencorat-coret, menggambar bebas, menulis ekspersif hasil dari gambar, meniru tulisan-tulisan yang ada disekitarnya, menulis di pasir, bermain dengan melibatkan motorik halus seperti meronce, membentuk, menggunting, menempel, mencocok, dan lain sebagainya. Setiap pengembangan dapat dilakukan secara terpadu dalam satu hari. Untuk mengoptimalkan anak, pendidik dapat mengembangkan masing-masing kemampuan tersebut dalam satu kegiatan. Berikut ini contoh penerapan kegiatan tersebut dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). RENCANA KEGIATAN HARIAN Tema : Rekreasi Sub Tema : Kehidupan di Desa Kelompok : TK A Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2010 5 Tingkat Pencapaian Perkembangan Indikator Kegiatan Pembelajaran Media dan Sumber Belajar Penilaian Mengucapkan doa sebelum dan/atau sesudah melakukan sesuatu (NAM 3) Menyebutkan kata-kata yang dikenal (B.B.4) Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar (B.B.7) Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari (K.A.4) Membilang banyak benda satu sampai 10 (K.C.2) Membuat coretan yang bermakna (B.C.3) Menirukan gerakan (F.A.1) Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan Memiliki perbendaharaan kata baru melalui bernyanyi Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika menanam pohon Menghitung benda Menggambar dan menuliskan sesuatu sec ekspresif Menirukan gerakan tanaman yang tertiup angin (sepoy-sepoy & angin kencang) Salam Doa Kegiatan Awal Circle Time Lagu : desaku, menanam jagung. Guru bercerita anak mendengarkan tentang kehidupan desa yang subur dan hijau. Mengenalkan pupuk kompos dari pembusukan tanaman dan sampah organik Mengajak anak untuk rajin menanam dan menyiram tanaman Anak diminta untuk menceritakan kembali cerita dari gambar seri tersebut (Bercerita). Sentra Bahan Alam Menanam tumbuhan dalam pot kecil (mis; bayam, rumput kecil,dll/tanaman kecil yang ada di taman) Anak diminta untuk menceritakan apa yang terjadi jika menanam pohon (Berbicara) Sentra Persiapan Menghitung jumlah banyak batu krikil yang dimasukkan kedalam pot sebagai penyanggah tanaman. Menulis jumlah angka batu yang habis dihitung pada kertas yang ada. Mengapresiasikan tahapan menanam tersebut dengan menggambar bebas dan menuliskan sesuatu berkait dengan gambar tersebut. (Membaca, menulis) Sentra Bermain Peran Anak bergerak mengikuti musik sambil menirukan gerakan tanaman yang ditiup angin dan bergerak sesuai petunjuk guru (mendengarkan). Istirahat Penutup Recall kegiatan yang dilakukan Berdoa dan salam Berjalan seperti Kupu-kupu yang berbaris rapi Gambar berseri bertema kehidupan desa Pot, tanah, tumbuh-tumbuhan Krikil, kertas, pensil, crayon Musik, tape recorder Naskah cerita Daun bergoyang-goyang, bunga-bunga menari, kumbang berlompat-lompatan. Semua gembira tertiup angin,dll. 6 Antri untuk berpamitan RKH tersebut di atas menggambarkan pengembangan bahasa yang dapat menstimulasi kemampuan anak untuk mengembangkan lingkup bahasa dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Kesimpulan Pengembangan kemampuan bahasa untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan mengembangkan empat pengembangan sekaligus yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk mengembangkan kemampuan baca-tulis permulaan didukung dengan pengembangan kemampuan mendengar dan berbicara lebih banyak. Semakin banyak anak mendengar dan berbicara maka semakin mudah anak untuk mengenal baca-tulis. Dengan demikian untuk mengembangkan kemampuan baca-tulis permulaan, pendidik dapat mengembangkan kegiatan keaksaraan seperti eksplorasi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Daftar Pustaka Brewer, Jo Ann. 2007. Introduction to Early Childhood Education: Preschool through Primary Grades. USA: Pearson Education, Inc. Crain, William. 2007. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama Jalongo, Mary Renck. 2007. Early Childhood Language Arts. USA: Pearson Education, Inc. Jamaris, Martini. 2011. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni Kiefer, Barbara Z. 2010. Charlotte Huck’s Children’s Literature. New York: The McGraw-Hill Companies Papalia, Diane E., dkk. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana
Friedrich
Wilhelm Froebel terkenal sebagai ‘
father of kindergarden
KINDERGARTEN
” (TamanKanak- kanak) di Blakenburg,
Jerman. Modelrancangan sekolah Froebel ini telah mempengaruhirancangan sekolah di seluruh dunia. Model inimerupakan perluasan dari
pandangannya terhadapdunia dan pemahamannya terhadap hubunganindividu, Tuhan,
dan alam. Menurutnya lagi, pendidikan dapat membantuperkembangan anak secara
wajar. Ia menggunakan taman sebagai suatu simboldari pendidikan anak. Apabila
anak mendapat pendidikan yang tepat, ia akanberkembang secara wajar dan mengikuti hukumnya
sendiri. Berikut merupakanmodel yang
dikemukan oleh Froebel:
Main dan Kanak-kanak
Friedrich Wilhelm Froebel telah
meneroka dan membina satu sistempendidikan awal kanak-kanak yang berasaskan kepada
konsep belajar melalui bermain. Beliau percaya bermain adalah asas untuk
kanak-kanakmempelajari sesuatu. Froebel juga yakin permainan yang sesuai dapatmembantu kanak-kanak berfikir dan mampu memberi
keseronokan,kebebasan, kepuasan, kerehatan dalaman dan luaran serta kedamaian
didalam dunia kanak-kanak. Beliau percaya bahawa kanak-kanak
belajar
ASUHAN DAN PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK (SHV4193)
dari persekitarannya dan pembentukan peribadi
dipengaruhi oleh carakanak-kanak bermain. Oleh itu, alat-alat permainan yang digunakan olehkanak-kanak perlu dipilih dengan teliti bagi
tujuan untuk menyokongperkembangan
kanak-kanak.Froebel amat menekankan bahawa belajar melalui bermain
ituadalah penting bagi kanak- kanak. Berdasarkan pengalamannya sendiri,Froebel menyatakan bermain harus dipandang
sebagai suatu
metode daripendidikan dan merupakan cara bagi kanak- kanak untuk menirukehidupan orang
dewasa.
Dengan demikian, kegiatan bermain yang
tidakberstruktur adalah sangat berbahaya iaitu tanpa bimbingan danpengarahan serta perencanaan lingkungan yang baik,
akanmengakibatkan cara belajar kanak-
kanak menjadi yang salah. BagiFroebel, guru bertanggungjawab dalam
membimbing dan mengarahkan,dengan demikian anak akan menjadi lebih kreatif.
Secara tidak langsungakan mengembangkan
kurikulum pendidikan pra-sekolah yang lebihterancang dan sistematik.Erikson
(1902- 1994) dalam Nuriman (2009) juga mempunyaipendapat yang hampir sama dengan Frobel tentang bermain iaitu beliaupercaya bahawa apabila kanak- kanak bermain,
mereka akan lebihmemahami diri mereka sendiri. Kanak- kanak akan
mengetahui tahap dankemampuan diri mereka
ketika bermain. Semakin banyak kanak- kanakbermain, semakin banyak yang dipelajarinya. Oleh itu, sebaik- baik
ASUHAN DAN PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK (SHV4193)
permainan adalah permainan yang melibatkan pemikiran, aktiviti fizikal danjuga interaksi.
Aspek Perkembangan Sosial dan Emosi
Froebel berpendapat perkembangan sosial amat penting
dalam kehidupanmanusia dan harus dipelajari
sejak daripada kecil lagi. Kemahiran asassosial yang perlu dikuasai oleh kanak-kanak ialah kemahiran
menarikperhatian orang lain, berkongsi dan memberi, meminta dan bertanya,memberi idea dan memuji atau memberi penghargaan.
Ini termasuklah carakanak-kanak
berinteraksi dengan kanak-kanak lain dan orang dewasadalam kehidupan mereka.Philip (1991) dalam
Vijayen Gopal (2003), turut mempunyaipandangan yang menyokong pendapat
Froebel mengenai perkembangansosial dan
emosi kanak- kanak, iaitu menurut Philip, kemahiran sosialmembawa maksud
tingkah laku yang prihatin untuk melakukanperhubungan interpersonal yang
efektif. Sebaliknya Thacker (1996) dalamVijayen
Gopal (2003), pula mendefinisikan kemahiran sosial sebagaikeupayaan
untuk berkomunikasi secara efektif dengan individu lain dalamsituasi
sosial ataupun kerja.Terdapat
pelbagai cara untuk memupukperkembangan emosi kanak-kanak di
peringkat prasekolah, Contohnya,aktiviti bermain yang dijalankan semasa berada
di sekolah. Kepentinganemosi dalam kehidupan telah mula
diakui oleh ahli-ahli falsafah sejakzaman Greek lagi.
ASUHAN DAN PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK (SHV4193)
Bandura (1976) dalam Indah (2009) pula menyatakan
pendapatnyayang menyokong Froebel tentang kepentingan sosial emosi kanak- kanakini. Beliau menyatakan bahawa perkembangan emosi
kanak-kanak jugadiperoleh dengan cara peniruan. Beliau berpendapat
kanak-kanak menirutingkah laku emosi yang diperhatikannya dan cuba untuk
melakukan gerakbalas yang belum pernah
mereka cuba. Selain daripada itu, cara kanak-kanak menyatakan emosinya juga bergantung kepada apa yang telahdipelajarinya mengenai penerimaan oleh masyarakat,
cara yang palingmendatangkan kepuasan dan yang telah dipelajarinya untuk
mendapatkansesuatu dengan paling mudah dan cepat.
Aspek Perkembangan Fizikal
Bagi aspek perkembangan fizikal pula, Froebel
menyatakan permainanbiasanya melibatkan aktiviti fizikal yang berhubung rapat denganperkembangan kanak-kanak dari aspek motor kasar
dan motor halus.Perkembangan fizikal merupakan suatu aspek penting dalam pendidikan awal kanak-kanak. Komponen perkembangan
fizikal memberifokus kepada empat aspek penting iaitu perkembangan psikomotor
halus,perkembangan psikomotor kasar, kesihatan dan keselamatan.
KenyataanFroebel ini adalah selaras dengan pendapat Schmidt (1982) dalam ErnieSuliana (2008), yang menyatakan psikomotor
merupakan satu prosesgabungan latihan dan pengalaman yang menjana
perubahan tindakan ataupergerakan yang kekal, iaitu pembelajaran yang telah
berlaku berdasarkan
ASUHAN DAN PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK (SHV4193)
maklum balas mengikut prestasi pengetahuan (knowledge of performance)
dan pengetahuan keputusan (knowledge of results). Aspek perkembanganfizikal kanak-kanak dapat dikembangkan melalui empat
aspek yang telahdinyatakan. Antara strategi
pengajaran dan pembelajaran yang bolehdijalankan
untuk memupuk perkembangan fizikal kanak-kanak ialah:
Aspek Perkembangan Psikomotor
Kasar Kanak-kanak harus diberi peluang menyertai pelbagai
aktivitipergerakan yang aktif, pantas, dan mencabar. Dengan
bermainterutamanya dalam permainan aktif, kanak-kanak belajar mengawal pergerakan dan mengimbangi tubuh mereka
sertamelicinkan perjalanan sistem dalam tubuh seperti sistempernafasan
dan sistem saraf. Misalnya, aktiviti bermain di padangpermainan, aktiviti seperti memanjat dan menuruni gelongsor,bergayut pada ‘monkey bar ’, bermain buaian
dan sebagainya dapatmembantu perkembangan fizikal kanak-kanak.
Aspek Perkembangan Motor Halus Kemahiran motor halus pula ialah kemahiran yang
melibatkankemahiran menggunakan otot kecil seperti pergerakan
jari sertakoordinasi jari dan mata. Penguasaan psikomotor halus yang baikadalah amat
penting dalam membantu pergerakan asas dankemahiran menulis kepada kanak-kanak.
Antara aktiviti dalbentuk
ASUHAN DAN PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK (SHV4193)
permainan yang boleh dijalankan bagi membantu
perkembanganfizikal dalam aspek ini ialah seperti merantai manik, menjahit
kadberlubang, menconteng kertas, melipat, mengoyak dan merenyukkertas, menguli doh dan lain-lain lagi.
TEORI TINGKAH LAKU FOEBEL
Froebel berpendapat bahawa
pembelajaran adalah berkaitan dengan perubahantingkah laku. Teori pembelajaran ini kebanyakkannya
dihasilkan daripada ujiandan juga
pemerhatian yang dilakukan ke atas haiwan seperti anjing, tikus, kucingdan
burung di dalam makmal. Mereka menumpukan ujian kepada perhubunganantara ‘rangsangan’ dan ‘gerakbalas’ yang
menghasilkan perubahan tingkahlaku.Secara umumnya teori behavioris menyatakan
bahawa pengajaran danpembelajaran akan mempengaruhi segala perbuatan
atau tingkah laku kanak-kanak sama ada baik
atau sebaliknya. Teori ini juga menjelaskan bahawatingkah laku kanak- kanak boleh diperhatikan,
dikawal dan juga diramal.Selain daripada itu, terdapat pandangan atau
definisi pembelajaranbehavioris yang boleh diterima umum seperti yang diberikan
oleh Kimble (1961)dalam Ishak Othman (2000), yang menyatakan pembelajaran
sebagaiperubahan potensi tingkah laku kanak- kanak yang agak tetap akibat
daripadalatihan secara berterusan.
ASUHAN DAN
PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK (SHV4193)
5.0 JOHANN HEINRICH
PESTALOZZI (1746-1827)
Johan Heinrich Pestalozzi dilahirkan pada
12Januari 1746 di Zurich, Switzerland.
BapanyaJohann Pestalozzi, telah
meninggal dunia ketikabeliau berusia 5 tahun. Beliau telah dibesarkan
olehibunya Susanna Hotz Pestalozzi
bersama-samakakak serta seorang pembantu rumah. Beliau tidakpernah ke sekolah sehinggalah beliau mencapaiusia 9 tahun. Pada peringkat awal
persekolahannya,beliau tidak begitu cenderung untuk belajar kerana
beliau lebih sukamengelamun. Walaupun demikian, beliau telah Berjaya melanjut
danmenamatkan pengajiannya di Universiti Zurich (University Of Zurich).
Pestalozzijuga memberi komitmennya kepada
keadilan sosial dan berminat di dalambidang inovasi yang dia telah ceburi di
awal persekolahannya, keadaan inimembuatkan
Pestalozzi semakin berminat dalam pendidikan. Beliau sangatterpengaruh dengan
idea-idea Rousseau dan bukunya
Emile
yang berkaitandengan kongsep semula jadi (
nature
). Beliau telah
membeli sebuah ladang untukdijadikan
sebuah pusat percubaan kaedah pertanian. Semasa bekerja diladangnya ini timbul minat yang sangat mendalam terhadap pendidikan.
Padatahun 1774, beliau telah membuka sebuah sekolah di ladang ini yang
dikenalisebagai Neohof. Pestalozzi telah memperkembangkan ideanya
tentangkehidupan di rumah, pendidikan vokasional dan pendidikan untuk bacaan
dantulisan.
16
ASUHAN DAN
PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK (SHV4193)
Oleh kerana terlalu
terpengaruh dengan Rousseau dengan konsepsemula jadi beliau telah mengasuh
anaknya Jean Jacques dengan mengunakan
Emile
sebagai panduan.
Beliau menghadapi kegagalan dalam mendidik anaknyaberdasarkan idea Rousseau. Anaknya tidak boleh
membaca dan menuliswalaupun usianya sudah menjangkau 12
tahun. Keadaan ini berlaku mungkinkerana
masalah fizikal (anaknya dikatakan mengidap penyakit gila babi(
Epileptic)
dan juga mungkin kerana beliau tidak
dapat menterjemahkan idea-idea Rousseau yang
abstrak. Guru yang paling diminati beliau ialah JohannJakob Bodmer yang merupakan
seorang guru yang dikenali di dalam serta diluar Zurich dan Switzerland dan mempunyai ramai pelajar yang berbakat.
Dalamtahun 1767, Pestalozzi telah mengkaji tentang Sains Pertanian
bersama denganJohann Rudolf Tschiffeli,
seorang petani
prysiocrat dan
experimental
dekatKirchberg.Setelah
sekolah ini ditutup, Pestalozzi telah mengabdikan selamabeberapa tahun dalam mengusahakan ladangnya serta membuat penyelidikantentang kaedah-kaedah dan teknik-teknik
pendidikannya. Pada tahun 1871,beliau telah mencetak buku pertamanya
yang bertajuk
‘The Evening Hours Of AHermit’
yang menceritakan
tentang jurnalnya sebagai seorang guru. Antaramodel
dan teori yang dikemukakan oleh Pestalozzi ialah:
17
Langganan:
Postingan (Atom)